Fitur resi otomatis yang akhir-akhir ini booming, membuat dropshipper merasa kebingungan. Namun kami sudah mendapat beberapa solusinya, nanti akan kami berikan referensi ke artikel terkait.
Bedanya Reseller dan Dropshipper
Melihat kelebihan dan kekurangan dari usaha dropship tadi, sebenarnya kita sudah bisa mendapat gambaran tentang reseller vs dropshipper.
Keduanya hanya berbeda pada sistem, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Supaya lebih mudah dipahami, coba lihat tabel perbedaan berikut ini:
Dropshipper | Reseller |
[su_list icon=”icon: check” icon_color=”#00d80e”]
[/su_list] [su_list icon=”icon: remove” icon_color=”#d80006″]
[/su_list] | [su_list icon=”icon: check” icon_color=”#00d80e”]
[/su_list] [su_list icon=”icon: remove” icon_color=”#d80006″]
[/su_list] |
Umumnya, sebelum menjadi reseller, para pebisnis memulainya dengan menjadi dropshipper terlebih dulu.
Dengan pertimbangan modal yang kecil, cocok dijalankan tanpa risiko kerugian, bisa menjadi sampingan saat kamu fokus ke pekerjaan utama. Dropship ini semacam “batu loncatan” untuk bisnis online yang lebih besar.
Lalu, bagaimana cara memulai usaha dropship? Lanjutkan membaca..
Bagaimana Cara Menjadi Dropshipper
Sebelum memulainya, penting untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi dropshipper.
Tanpa strategi yang bagus, sulit untuk bisa menjadi dropshipper yang sukses mendapatkan orderan pertama hingga berkembang pesat. Tidak cukup mencari supplier, tapi juga harus mencari pasar.
Bagaimana caranya? Berikut langkah-langkahnya:
ADVERTISEMENTS
1 â Pilih Niche yang Potensial
Niche berarti kategori. Misalkan, ada produk tanaman hias, media tanam, pot lukis, pupuk organik, hingga alat perkebunan. Maka, produk-produk ini masuk ke dalam niche rumah dan taman.
Ada 2 kriteria niche yang bagus untuk bisnis: (1) potensi bisnisnya OK; (2) kamu menguasai bidangnya.
Baca Juga
Untuk tau supaya potensi bisnisnya bagus, cara paling simpel adalah menggunakan Google Trends. Caranya?
- Buka laman berikut â trends.google.co.id
- Ketik kategori barang yang kamu rasa sesuai. Dalam contoh, kami memilih “tanaman hias”. Jika sudah, klik icon “Cari”.
- Google akan menampilkan grafik permintaan pasar untuk kategori yang kamu tulis. Untuk kategori “tanaman hias”, hasilnya berikut ini:
- Selesai. Secara garis besar, hal ini menunjukkan kalau tren tanaman hias makin meningkat akhir-akhir ini.
ADVERTISEMENTS
2 â Riset Pasar dan Kompetitor
Setelah menemukan niche yang kriterianya bagus, tugas kamu selanjutnya adalah mencari tau bagaimana tingkat persaingan untuk produk tersebut.
Namun yang lebih penting adalah, mengetahui apakah produk yang kamu pilih benar-benar dibutuhkan oleh pasar.
Caranya cukup sederhana:
- Buka marketplace Shopee.
- Ketik niche yang kamu incar pada kolom pencarian.
- Perhatikan jumlah produk terjual. Jika >1.000, produk tersebut bisa dibilang cukup tinggi peminatnya.
Berikut hasil yang kami dapat saat mencari niche “tanaman hias”.
ADVERTISEMENTS
3 â Cari Supplier yang Bagus
Setelah kamu yakin dengan hasil analisis pasar sederhana tadi, kini saatnya untuk mencari supplier.
Kalau bisa, supplier tersebut merupakan tangan pertama (produsen yang memang fokus produksi barang pada jumlah besar).
Sebelum mencari supplier, kamu harus menentukan kriterianya terlebih dulu. Kriteria ini digunakan untuk memilih supplier mana yang cocok untuk diajak kerja sama.
Apa saja kriterianya?
- Alamat jelas dan mudah dihubungi.
- Review pelanggan di marketplace +4/5.
- Selalu aktif untuk update stok produk.
- Ada opsi untuk retur atau menukar produk.
- Respon chat konsumen cepat (hitungan menit).
Kriteria tersebut bisa dilihat saat kamu mengunjungi halaman toko di marketplace seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, atau Lazada.
Lalu, bagaimana cara mencari supplier...