Jakarta – Budidaya ulat bumbung kini bisa jadi salah satu peluang bisnis yang cukup menjanjikan dan menguntungkan di Kalimantan Selatan.
Ulat yang selama ini merupakan hewan yang menggelikan bagi sebagian orang ternyata bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan bagi masyarakat di Kalimantan Selatan.
Seperti ulat bumbung menjadi salah satu hewan yang dicari oleh beberapa komunitas warga untuk pakan burung, ikan dan reptil juga untuk memancing.
Baca juga: Shuttlecock Buatan UMKM Batang Tembus Pasar Luar Negeri
Salah seorang pengusaha ulat bumbung, Tahmidillah, warga Kabupaten Hulu Sungai Tengah , mampu meraup keuntungan hingga Rp 10 juta per bulan dari bisnis ulat bumbung.
Menurut dia, ulat bumbung atau ulat bambu yang bernama ilmiah Erionota Thrax ini, biasanya dimanfaatkan warga untuk umpan memancing ikan.
âPasarnya cukup luas, sebagian besar warga yang hobi memancing, mencari ulat ini, agar pancingnya cepat dipatok ikan,â katanya seperti dikutip dari Ulasan.co, Minggu (27.02.2022).
Apalagi selama masa pandemi, menurutnya kebutuhan ulat ini semakin meningkat, seiring semakin banyaknya warga yang hobi memancing untuk mengisi waktu luangnya.
Hal tersebut, juga ditandai dengan menjamurnya tempat-tempat wisata pemancingan yang ada hampir di seluruh wilayah Kalsel.
Di wilayah Banua Anam, ulat bambu menjadi primadona bagi pemancing untuk dijadikan umpan. Biasanya ulat ini untuk memancing ikan haruan (gabus) dan papuyu (betok).
Sayangnya, potensi ternak ulat tersebut belum dimanfaatkan dengan baik oleh peternak ulat daerah. Untuk mendapatkan ulat tersebut, pedagang mendatangkan dari Jawa dan Sumatra.
Menurut Tahmidillah, hingga kini belum ada peternak yang berhasil membudidayakan ulat bumbung ini, walaupun telah beberapa kali dicoba.
Selain itu, ia juga menambahkan bahwa beberapa pembudidaya di Amuntai, Kandangan, Balangan, Tanjung, Tapin termasuk HST belum ada yang berhasil mengembangkan.
Sehingga, terpaksa hingga kini para pedagang masih harus mendatangkan ulat-ulat tersebut dari beberapa daerah seperti Bandung, Semarang, urabaya dan beberapa daerah di Sumatra.
Baca juga: Taiyaki Don, Jajanan Khas Jepang Hadir di Tanjungpinang
Baca Juga
Setiap kali datang biasanya sebanyak 2 ribu hingga 4 ribu ruas (bumbung) atau disesuaikan dengan musim. Jika musim hujan biasanya dalam satu bulan bisa dua kali pengiriman.
Puncaknya di pertengahan tahun, dalam satu minggu bisa dua kali pengiriman. Pada 2021, dia mendatangkan ulat hingga hingga 80 ribu ruas yang dia distribusikan ke pengecer.
Ia kemudian menjual ulat-ulat tersebut dengan harga Rp 5 Ribu sampai Rp 11 ribu dengan keuntungan rata-rata mencapai Rp 1.000 per bumbung.
âHarga dan jumlah ulat mengikuti cuaca, kalau musim hujan pasti lebih murah dan banyak,â kata Tahmdillah dikutip dari Ulasan.co, Minggu (27.02.2022).
Waktu panen ulat antara daerah satu dengan lainnya juga berbeda. Kalau di Pulau Jawa itu dari bulan Februari-September, selanjutnya disambung ulat dari Sumatera.
Secara kualitas, tak ada bedanya ulat dari Jawa dan Sumatera, yang membedakan hanya soal jarak dan biaya pengiriman. Jika ulat dari Jawa waktunya juga paling lama sehari.
Sedangkan dari Sumatera harus pakai kargo dengan biaya yang mahal. âKarena pengiriman lama, kebiasaan ulatnya lemas, karena lama di perjalanan. Itu yang membedakan,â katanya.
Keuntungan per bulan , kalau musim memancing bisa mencapai Rp10 juta per bulan, namun kalau di hari biasa, kisaran Rp5 juta hingga Rp6 juta per bulan.
Baca juga: Salut! 5 Ton Arang Tempurung Kelapa di Bintan Tembus Pasar Malaysia
Ia pun pernah mencoba membudidayakan sendiri, namun selalu gagal, karena belum menemukan cara yang tepat, seperti ulat dari daerah lain.
âPemasok saya itu juga tidak membudidayakan. Tapi mereka mencari ke hutan. Saya belum menemukan pemasok yang ulat bumbung nya dari hasil budidaya,â ucapnya.
Artikel ini telah terbit di Ulasan.co dengan judul “Budidaya Ulat Bumbung, Peluang Bisnis dari Kalimantan Selatan”.
Link: https://ulasan.co/budidaya-ulat-bumbung-peluang-bisnis-dari-kalimantan-selatan/