Penyebab Startup Bangkrut di Indonesia, Ada Kompetisi Bisnis Tiongkok

Hanif 01 Feb 2023 3 Menit 0

JD.ID baru saja mengumumkan untuk menutup layanannya secara penuh pada 31 Maret 2023, sehingga penerimaan pesanan akan distop pada 15 Februari 2023.

Rupanya penutupan JD.ID adalah buntut dari kompetisi tiga raksasa teknologi Tiongkok yaitu Tencent, Alibaba, dan JD.com.

Sebelumnya, JD.ID di Indonesia didirikan oleh patungan JD.Com dengan firma ekuitas asal Singapura, Provident Capital. Winato Kartono yang merupakan mantan kepada perbankan investasi untuk Citigorup Global Markets di Indonesia, mengepalai perusahaan tersebut.

Keputusan penutupan usaha JD.ID di Indonesia ini ada di bawah JD.Com. Kini, usaha asal Tiongkok ini akan berfokus pada pembangunan jaringan rantai pasok lintas negara, seperti logistik dan gudang.

Selain di Indonesia, cabang JD.Com di Thailand juga mengalami hal serupa. JD Central sebagai usaha JD.Com di Thailand akan mulai menutup pesanan pada 15 Februari dan menghentikan layanan operasionalnya secara penuh pada 3 Maret.

Nikkei melaporkan, pendanaan awal untuk JD Central Thailand adalah sebesar US$500 Juta, yang merupakan patungan dari JD.Com, JD Finance, Central, dan Provident Capital.

Kompetisi Antara Raksasa Tiongkok

Dengan mundurnya cabang JD.Com dari Indonesia dan Thailand, kini dunia e-Commerce Asia Tenggara dikuasai oleh dua raksasi teknologi Tiongkok, Alibaba dan Tencent.

Alibaba diketahui merupakan sosok dibalik pendanaan berbagai e-Commerce terbesar di Indonesia. Setelah mengakuisisi Lazada pada 2016 dengan pendanaan US$1 Miliar, raksasa bisnis Tiongkok ini ikut berkompetisi dalam pasar e-Commerce di Indonesia.

Sementara Tencent dikenal sebagai investor e-Commerce Shopee yang juga merupakan e-Commerce terbesar di Indonesia. Selain e-Commerce, Tencent juga mendanai platform layanan video iFlix.

Faktor Situasi Pasca Pandemi

Selain investor yang berhenti menggelontorkan modal, sebenarnya ada faktor lain yang menyebabkan banyak startup e-Commerce untuk menutup operasionalnya.

Salah satu penyebabnya adalah kondisi masyarakat pasca pandemi yang mulai kembali memilih berbelanja ke toko. Dampaknya, e-Commerce kini mengalami penurunan pasar. Akhirnya angka penjualan e-Commerce pun turun.

Meski kini daya beli masyarakat telah kembali normal, namun karena masyarakat memiliki pilihan untuk berbelanja langsung, e-Commerce kehilangan basis pasar yang cukup signifikan.

Hal ini sebelumnya diungkapkan oleh Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, “Jadi memang yang cenderung sekarang ini perusahaan-perusahaan katakanlah yang baru yang digital, apa namanya e-commerce itu. Karena orang kembali ke toko dan ke mall untuk melihat. Dulu kan waktu Covid-19 sangat maju, begitu normal sekarang kan kembali berkurang.”

Jusuf Kalla melanjutkan, bahwa bisnis di bidang lain menurut pemantauannya masih dalam kondisi aman, ungkapkannya kepada Republika, Selasa (10/1).

JD.Com Mengalihkan Fokus Usaha ke Bidang Rantai Pasok

Alasan lain e-Commerce untuk menghentikan operasionalnya adalah bergantinya fokus usaha. Hal ini terjadi pada JD.Com yang menginduki JD.ID.

Seperti yang diungkapkan oleh Setya Yudha Indraswara sebagai Head of Corporate Communication & Public Affairs JD.ID dalam penjelasannya, “Ini adalah keputusan strategis dari JD.COM untuk berkembang di pasar internasional dengan fokus pada pembangunan jaringan rantai pasok lintas-negara, dengan logistik dan pergudangan sebagai intinya,” ungkapnya, Senin (30/1/2023).

Kini, bidang bisnis JD.Com berfokus pada pembangunan fasilitas yang membantu aktivitas pengiriman barang.

Faktor Penyebab Startup Bangkrut di Indonesia

Dari situ, bisa ditarik beberapa penyebab tutupnya e-Commerce di Indonesia seperti hengkangnya investor, persaingan pasar, dan perubahan kebiasaan konsumen.

Meski begitu, kondisi investasi di Indonesia diperkirakan masih aman. Seperti yang diungkapkan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, bisnis memang mengalami naik turun dan hal tersebut merupakan hal yang wajar.

“Kalau dampaknya kepada investasi dalam konteks akumulasi realisasi insya Allah baik-baik saja,” ungkapnya.

Hal itu juga didukung bahwa realisasi investasi sepanjang 2022 mencapai Rp 1.207,2 triliun. Dengan kata lain, target realisasi investasi tahun 2022 tercapai dengan baik.


Kamu bisa meninggalkan komentar dan memberikan masukan melalui media sosial @pintarjualan.id di Instagram dan Tips Pintar Jualan di Facebook. Yuk, baca artikel menarik lainnya di pintarjuaan.id seputar Berita, E-Commerce atau artikel lainnya dari Hanif Mufid. Untuk informasi lebih lanjut atau ada keperluan sesuatu silakan hubungi kami via admin@pintarjualan.id


sumber:

  • JD.ID Bangkrut, Korban Pertama Perang Raksasa China di Asean – https://www.cnbcindonesia.com/tech/20230131153815-37-409772/jdid-bangkrut-korban-pertama-perang-raksasa-china-di-asean
  • Respons Gelombang PHK Massal, JK: Cenderung Terjadi di Perusahaan Baru – https://visual.republika.co.id/berita/ro9eq8457/
  • Banyak Startup Lokal Bangkrut, Begini Kata Menteri Investasi – https://nasional.kontan.co.id/news/banyak-startup-lokal-bangkrut-begini-kata-menteri-investasi
Bagikan ke:
Hanif
Ditulis oleh

Hanif

hi, I'm a SEO content writer with interest on business, entrepreneur, digital marketing, and many more

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *