{"id":2711,"date":"2022-02-27T11:46:36","date_gmt":"2022-02-27T04:46:36","guid":{"rendered":"https:\/\/pintarjualan.id\/2022\/02\/27\/shuttlecock-buatan-umkm-batang-tembus-pasar-luar-negeri\/"},"modified":"2022-10-25T15:14:54","modified_gmt":"2022-10-25T08:14:54","slug":"shuttlecock-buatan-umkm-batang-tembus-pasar-luar-negeri","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pintarjualan.id\/shuttlecock-buatan-umkm-batang-tembus-pasar-luar-negeri\/","title":{"rendered":"Shuttlecock Buatan UMKM Batang Tembus Pasar Luar Negeri"},"content":{"rendered":"\n

Jakarta<\/b> – Industri rumahan produsen kok bulutangkis (shuttlecock)<\/em> produksi UMKM<\/a> di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, telah menembus pasar luar negeri.<\/p>\n

Bahkan, kok made in<\/em> Batang tersebut telah lulus sertifikasi dari Badminton World Federation<\/em> (BWF) dan Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).<\/p>\n

Baca juga:<\/strong> Bisnis Online Madu Pasangan ini Banjir Pesanan 300kg per Hari<\/a><\/strong><\/p>\n

Informasi tersebut disampaikan Bupati Batang, Wihaji, saat mengunjungi industri rumahan shuttlecock<\/em> di Pasekaran, Kecamatan Batang, baru-baru ini.<\/p>\n

“Ini sangat luar biasa walaupun diproduksi secara tradisional. Shuttlecock<\/em> sudah dipasarkan di 30 provinsi di Indonesia dan lima negara,” kata Bupati Wihaji.<\/p>\n

Ia menyampaikan hal itu saat mengunjungi home industri shutterlecock<\/em> di Pasekaran, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.<\/p>\n

Wihaji menyebutkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bernama IND Shuttlecock<\/em> tersebut telah mencapai omzet Rp500 juta per bulan.<\/p>\n

“Ini luar biasa, perputaran uangnya bisa mencapai Rp400 hingga Rp500 juta. Ini tergantung produksi tenaga kerjanya semakin banyak produksi omzetnya semakin banyak,” katanya.<\/p>\n

Baca juga: Ekspor Benih Padi Sembada 188 ke Brunei Darussalam Berlanjut<\/a><\/strong><\/p>\n

Bupati pun menginstruksikan jajarannya melakukan pembinaan kepada UMKM produsen shuttlecock<\/em> tersebut. Salah satunya lewat pelatihan SDM, demi memenuhi kebutuhan tenaga kerja pembuat kok bulutangkis.<\/p>\n

“Saya sudah perintahkan Disperindaskop membuat pelatihan khusus pembuatan shuttlecock<\/em>. Usai pelatihan bisa langsung dipekerjakan,” katanya.<\/p>\n

Pemilik IND Shuttlecock<\/em>, Ahda Al Faizu, menyatakan, kepiawaiannya membuat kok bulutangkis berawal dari pengalamannya bekerja di salah satu UMKM sejenis di Malang.<\/p>\n

“Saya punya tekad dan cita-cita, akhirnya saya pulang ke Batang dan memproduksi kecil-kecilan. Alhamdulillah, shuttlecock<\/em> (produksi saya) diterima di pasaran,” ujarnya.<\/p>\n

Kini, dengan 10 orang tenaga kerja, UMKM nya mampu memproduksi 1.200 buah kok per hari.<\/p>\n

Kebutuhan bahan baku dipenuhi dari pasokan luar negeri karena ketersediaan bahan baku lokal belum bisa mencukupi.<\/p>\n

Baca juga:<\/strong> Salut! 5 Ton Arang Tempurung Kelapa di Bintan Tembus Pasar Malaysia<\/a><\/strong><\/p>\n

Menurutnya, produk IND Shuttlecock<\/em> versi internasional sudah sesuai regulasi WBF, yaitu seberat 5,0-5,2 gram. Sedangkan, untuk pasar Indonesia, Shuttlecock memiliki berat 4,9 gram, sesuai standar PBSI.<\/p>\n

Terkait harga, Shuttlecock buatan UMKM Batang tersebut dijual Rp 35 rbu – Rp 80 ribu. “Shuttlecock pruduk saya kita jual satu slof, dari mulai Rp 35 ribu hingga Rp 80 ribu,” katanya.<\/p>\n


\n

Artikel ini telat terbit di Siberindo.co dengan judul “Hebat! “Shuttlecock” Buatan UMKM Batang Tembus Pasar Luar Negeri”.<\/em><\/p>\n

Link: https:\/\/siberindo.co\/26\/02\/2022\/hebat-shuttlecock-buatan-umkm-batang-tembus-pasar-luar-negeri\/<\/em><\/p>\n<\/body><\/html>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Jakarta – Industri rumahan produsen kok bulutangkis (shuttlecock) produksi UMKM di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, telah menembus pasar luar negeri. …<\/p>\n","protected":false},"author":6,"featured_media":9420,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"rank_math_lock_modified_date":false,"footnotes":"","spc_primary_category":0},"categories":[9,223],"tags":[682,680,681],"acf":[],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/pintarjualan.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/2711"}],"collection":[{"href":"https:\/\/pintarjualan.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/pintarjualan.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pintarjualan.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/6"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pintarjualan.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=2711"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/pintarjualan.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/2711\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":2713,"href":"https:\/\/pintarjualan.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/2711\/revisions\/2713"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pintarjualan.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/9420"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/pintarjualan.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=2711"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/pintarjualan.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=2711"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/pintarjualan.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=2711"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}